-->

Sabtu, Juni 15, 2024

ULASAN ILMIAH KEANEKARAGAMAN HAYATI TANAH DAN DAMPAKNYA BAGI PERTANIAN

keanekaragaman hayati

Sudah menjadi banyak diketahui bahwa tanah merupakan salah satu media tempat berkembang biaknya segala macam dan jenis habitat mahluk hidup yang memiliki  sistem unsur biotik serta  abiotik begitu penting bagi agroekosistem.

Segala jenis habitat dimaksud  di dalam tanah, semisal jamur,  bakteri,  protozoa, atau  hewan lainnya seperti cacing. 

Segala macam dan jenis organisme hidup inilah yang dibilang dan diistilahkan  dengan label keanekaragaman hayati tanah. Mereka itu sangat sekali membantu buat menjaga serta  meningkatkan produktivitas agroekosistem.

Media tanah diketahui memiliki sumber daya terbatas sehingga itu perlu perhatian dan perawatan serius, karena hal itu akan berdampak bagi   kehidupan di planet bumi kita tinggal.

Mengingat hal tersebut maka keanekaragaman hayati tanah kerap dijadikan tema pembahasan di kalangan para ahli dan pemerhati masalah lingkungan.

Keanekaragaman hayati yang tinggi dalam tanah dianggap akan mampu mempertahankan agrosistem lingkungan sekitar sehingga bisa dimanfaatkan secara maksimal dan memiliki daya dukung buat kelestarian lingkungan.

Dunia pertanian mahfum diketahui umum sebagai salah satu kegiatan tertua dalam sejarah peradaban manusia hingga masa kini. Jadi tak begitu mengherankan beberapa dekade terakhir berbagai inovasi guna meningkatkan akselerasi produktivitas begitu berkembang pesat. 
 
Di percayai bahwa pertanian berkelanjutan lewat menggunakan  pupuk organik akan mampu meningkatkan derajat kesehatan tanah sehingga  keanekaragaman hayati tanah pun turut bisa berkembang biak.

Keanekaragaman hayati tanah bagi  pertanian

Hubungan keanekaragaman hayati tanah dan kegiatan pertanian menjadi semakin terang benderang karena ternyata  organisme tanah cukup punya peran penting bagi peningkatan produktivitas tumbuhan. 
 
Oleh sebab itu, konservasi tanah dan keanekaragaman hayati menjadi satu-satunya  faktor kunci bagi sektor pertanian yang bisa memberikan pengaruh positif bagi kesejahteraan petani. 
 
Mata pencaharian petani sangat  bergantung pada hasil panen tanaman yang ditanamnya, itulah alasannya kenapa banyak ditemukan  petani sering menggunakan  pupuk dan  pestisida sintetis  sebagai sebuah upaya  meningkatkan penghasilan mereka. 
 
Namun bagi segelintir  petani yang memiliki tingkat kesadaran tinggi soal lingkungan, mereka justru  khawatir bahaya pupuk dan pestisida sintetis itu terhadap ekosistem dibandingkan cuma memikirkan pendapatan mereka sendiri.
 
Sebab itu pola pikir petani berwawasan pertanian berkelanjutan sangat berbeda, mereka banyak memakai pola kerja yang ramah dan toleran  dengan alam dan memungkinkan ekosistem lingkungan tidak menjadi rusak.
 
Beberapa pola kerja itu  selain menggunakan pupuk dan pestisida organik, juga menggunakan penutup tanah (mulsa) dalam menanam, melakukan rotasi tanaman.
 
Dari praktik kerja seperti  ini, keanekaragaman hayati tanah bisa dilestarikan sehingga  turut serta menekan biaya produksi yang dikeluarkan dalam  membeli pupuk, herbisida, pestisida.

Peran keanekaragaman hayati tanah dalam produksi pangan

Pentingnya keanekaragaman hayati tanah bagi kegiatan pertanian tidak cuma saja mendapat  manfaat dari sisi ekonominya seperti tadi di bahas. Tapi lebih jauh lagi keanekaragaman hayati tanah juga secara tidak langsung menjadi ukuran   kualitas pangan yang dipanen. 
 
Oleh karena itu, kita dapat pahami bahwa pertanian, keanekaragaman hayati, dan ketahanan pangan sebagai unsur-unsur dalam jaringan  yang saling terkait secara langsung dengan kesehatan tanah. 
 
Faktanya, praktik pengelolaan tanah secara konvensional yang masih mengandalkan sarana produksi sintetis telah menyebabkan kerusakan tanah dan hilangnya keanekaragaman hayati.
 
Dikutip dari kompas.com, seorang guru besar dari institut pertanian bogor Iswandi Anas Chaniago mengungkap fakta bahwa 72 persen tanah pertanian di indonesia sudah rusak akibat penggunaan pupuk kimia yang tinggi.
 
Hasil penelitian Dr. Suprapto Dibyosaputro, M.Sc. dkk, menunjukkan serupa, pada kecamatan Kejajar Kabupaten Wonosobo, ditemukan fakta bahwa tanah pertanian yang lebih 5 tahun menggunakan pupuk kimia terus menerus menyebabkan kandungan bahan organiknya menurun dari 7.08% ke 6.88 %, pun begitu juga pH tanah turun dari 5.97 ke 4.50. Akibatnya, populasi cacing tanah yang hidup dari 1-10 ekor/meter menjadi 0 ekor/meter.
 
Jadi, bila dibiarkan terus menerus produktivitas pertanian yang menurun akan menimbulkan masalah kerawanan pangan.
 
Dalam jangka panjang juga, praktek kerja menggunakan sarana produksi sintetis menghasilkan juga   kualitas pangan yang buruk. 
 
Patut diketahui, organisme hidup yang ada di tanah, mereka  bekerja buat meningkatkan kadar unsur hara makro mikro yang akan diserap oleh tanaman sehingga bisa tumbuh lebih subur dengan kandungan gizi yang sehat dan bebas unsur kimia. 
 
Baca juga

Artikel Terkait

Bagikan artikel ini