Listrik pintar merupakan sebuah produk unggulan dari perusahaan listrik negara indonesia yang saat ini sudah digunakan hampir seluruh lapisan masyarakat.
Walau keberadaannya sudah begitu populer namun ternyata tidak semua juga masyarakat yang mau ikut serta memakainya.
Ada apa dengan listrik pintar ini ?
Dari sejumlah isu yang berkembang di masyarakat, ada beberapa alasan mengapa masyarakat kurang begitu suka memakai listrik pintar produk perusahaan listrik negara.
1. Biaya token listrik lebih mahal dari meteran biasa
2. Token listrik harus selalu ada kalau ingin listrik menyala terus
Memang di awal saat listrik pintar mulai gencar-gencarnya di promosikan, masyarakat berbondong-bondong segera mengganti meteran listrik rumahnya dengan listrik ini.
Namun sejalan waktu, mereka akhirnya tersadar bahwa ternyata biaya tokennya kalau dihitung-hitung masih lebih tinggi jika dibandingkan dengan membayar tagihan listrik meteran biasa.
Baca juga
7 rekomendasi Motor listrik murah di indonesia
Lantas apa yang dimaksud dengan listrik pintar, karena kenyataannya tidak pintar malah berkesan membodohi.
Situasi listrik Indonesia
Jika memperhatikan data statistik yang dirilis pada laman resmi PLN diiketahui bahwa produksi listrik di Indonesia mencapai 183.819,03 GWh. Angka ini merupakan total listrik yang diproduksi sendiri oleh perusahaan listrik negara. Namun karena jumlah pelanggan listrik setiap tahunnya terus bertambah, maka tentu produksi listrik PLN tadi tidaklah mencukupi.
Sebagai solusi dilakukan penambahan kapasitas listrik dengan cara sewa beli kepada pihak swasta sebesar 124.183,27 GWh. Data statistik terbaru hingga 2023, jumlah pelanggan listrik PLN sudah mencapai 85 juta pelanggan, atau 30 persen dari total penduduk indonesia sebesar 285 juta. Adapun di tahun 2024, update terbaru jumlah pelanggan listrik sudah mencapai 88, 4 juta.
Artinya, masih ada krisis listrik di Indonesia sebesar 40,32% karena pihak PLN masih perlu membeli kepada pihak swasta. Jika untuk melayani 30 persen penduduk indonesia saja pihak PLN masih kewalahan, maka bisa dipastikan bagi pelanggan baru akan masuk dalam daftar tunggu yang cukup lama.
Nah karena terjadi krisis energi listrik itu, maka perlu untuk menghemat pemakaian energi listrik. Caranya dengan mengeluarkan produk listrik pintar yang diklaim mampu menghemat pemakaian energi hingga 19 persen.
Jadi listrik pintar yang dimaksud ternyata hanya dari sisi produsen saja selaku pemilik, namun dari konsumen kurang tepat bila di bilang listrik pintar karena justru terjadi pemborosan biaya akibat selalu membeli token listrik.
Subsidi listrik pemerintah
Protype teknologi listrik pintar memang di design agar mampu menghemat energi listrik pada skala pemakaian rumah tangga. Sebenarnya ada sisi baik dengan digunakan listrik pintar ini yaitu.
1. Rakyat diajak berhemat memakai listrik dirumahnya
2. Dapat menurunkan potensi resiko kebakaran
3. Membantu pemerintah untuk mengurangi beban subsidi listrik
Pada poin ketiga ini, listrik pintar menjadi jembatan emas yang mempercepat menurunnya subsidi listrik. Mengutip dari laman cnbc.com, dalam 7 tahun terakhir sejak dari tahun 2013 lalu hingga tahun 2021 subsidi listrik oleh pemerintah terus menurun.
Awalnya tahun 2013 mencapi 101 triliun, di tahun 2014 cuma sebesar 99,3 triliun dan terakhir di 2021 sebesar 53,59 triliun. Kebijakan mengurangi subsidi listrik oleh pemerintah ditenggarai untuk alasan mengalihkan anggaran pada sektor lain yang produktif.
Namun berapa lama kebijakan mengurangi subsidi listrik ini dapat bertahan, mengingat setiap tahunnya jumlah pelanggan baru terus saja bertambah.
Kita tunggu saja hasilnya, paling tidak untuk masa sekarang ini niat baik pemerintah berkuasa untuk mengsejahterakan masyarakat itu bisa dibuktikan lewat alih teknologi listrik pintar.
Artikel Terkait
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
BERIKAN KOMENTAR YANG SOPAN DAN SESUAI ISI ARTIKEL YANG ADA,