-->

Selasa, Januari 16, 2024

INI DIA TINGKATAN HADITS ISLAM YANG BENAR

"hadits islam"

Hadits islam merupakan sebuah kitab yang berisi kumpulan informasi dari apa yang disabdakan oleh Nabi Muhammad SAW semasa masih hidup termasuk juga informasi menyangkut semua tindakan  yang pernah rasulullah lakukan.  

Karena itu hadist islam dijadikan sumber hukum kedua sesudah kitab suci al-quran guna menjelaskan suatu pokok perkara. Maksudnya disini, ketika ada  suatu perkara tertentu tidak ada dalilnya dalam al-quran maka kita dianjurkan untuk mengambil dalilnya dalam sebuah hadits.

Baca juga

Kenali ciri utama islam sunni, yuk cari tahu

Seluruh umat muslim meyakini segala ucapan dan tindakan Nabi Muhammad SAW sudah dilandaskan al-quran  dan bahkan Allah SWT sendiri yang mengatakannya dalam surah al-qalam ayat 4 

(dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung)

Wahyu Allah ini sudah cukup untuk dijadikan pegangan dan alasan mengapa semua ucapan dan tindakan rasulullah yang diabadikan melalui beberapa hadits islam menjadi sumber hukum kedua.

Dilansir dari Journal of Hadith Studies  Volume 1, No. 1, Januari 2022  berjudul  hadits dhaif dan hukum mengamalkannya, diceritakan, pernah  semasa rasulullah masih hidup ada sekelompok orang yang mengkritik pada Abdullah bin Amr Bin Ash RA yang suka menulis ucapan rasulullah.

Kata kelompok tukang kritik itu Rasulullah itu manusia biasa yang terkadang berbicara dalam kondisi marah dan ridla, mendengar hal itu abdullah pun melaporkannya pada Nabi Muhammad SAW.

Rasulullah serta merta menjawabnya, tulislah dari saya "Demi Dzat yang jiwaku ada di tangan-Nya tidak ada yang keluar dari mulutku kecuali kebenaran".

Para pemuka agama dan ulama islam sepakat membagi kitab hadits islam itu menjadi beberapa kategori berdasar tingkat kesahihannya yaitu

1. Mutawatir (sahih)

2. Hasan

2. Maudu

3. Dhaif

Hadits Mutawatir

Dari empat jenis hadits islam ini, hadits mutawatir disepakati kaum ulama islam merupakan hadits dengan tingkat tertinggi  validitasnya. Tidak perlu diragukan sama sekali orang-orang yang menyampaikan sebuah cerita,  karena itu pasti pernah mereka  lihat atau dengar dan dilakukan rasullulah semasa masih hidup.

Menurut Al Hafidz ibnu hajar Al asqolani  dalam bukunya Nukhbatul Fikr yang ditulis pada abad 15 masehi, bahwa ada empat syarat  sebuah hadits dikatakan mutawatir bila

  1. Hadits itu diceritakan oleh banyak orang di  berbagai tempat  berbeda, jadi mustahil mereka bisa bersepakat untuk berdusta, mengarang  cerita yang disampaikan 
  2. Hadits itu memiliki cerita yang sama dari awal orang yang melihat atau mendengarnya hingga orang terakhir.  
  3. Hadits yang diceritakan disandarkan pada pancaindra yaitu pernah dilihat, didengar, dirasa 
  4. Hadits yang mereka ceritakan menghasilkan suatu ilmu bagi yang mendengarkannya. 

Bila keempat syarat ini terpenuhi, maka hadits itu otomatis dinilai sebagai hadits mutawatir. Bila tidak terpenuhi, maka hadits itu kategorinya Masyhur.

Dilansir dari laman  banten.nu.or.id, Imam al-Suyuthi  yang hidup di antara tahun 849-911 Hijriah, sepanjang hidupnya berusaha  mengumpulkan sejumlah hadits yang masuk dalam kategori mutawatir. 

Hasilnya, tidak kurang 113 hadits  masuk pada kategori mutawatir dan hadits itu tersebar dan berada pada kitab sahih al-bukhari, sahih muslim, al-tirmidzi, sunan al-nasa'i, ibnu majjah, ahmad dan sebagainya.

Contoh hadits mutawatir  seperti yang ada dalam kitab sahih al-bukhari yaitu

"siapa saja yang berdusta atas namaku secara sengaja maka hendaklah ia bersiap-siap menempati tempat duduknya di neraka.

Hadits ini diceritakan secara berurutan tidak kurang 70 orang dengan lokasi yang berbeda-berbeda.   

Hadits Hasan

Hadits islam yang dinilai masuk dalam  hadits hasan ialah diukur dari  daya ingat orang menceritakannya. Jika orang tersebut  tidak terlalu ingat secara persis kata-kata dalam ceritanya maka hadits itu masuk kelompok hadits hasan.

Syarat lainnya hadits hasan sama dengan hadits sahih, perbedaannya cuma terletak pada daya ingat atau hafalan orang yang meriwayatkan hadits itu masih di bawah tingkatannya orang yang meriwayatkan hadits sahih.

Contoh hadits hasan seperti yang termuat dalam kitab al-Tirmidzhi 

Telah menceritakan kepada kami Qutaibah, ia berkata,’ Telah menceritakan kepada kami Ja’far bin Sulaiman Adh Dhuba’i dari Abu Imran Al Jauni dari Abu Bakr bin Abu Musa Al Asy’ari ia berkata Aku mendengar ayahku berkata saat di hadapan musuh, ”Rasulullah bersabda, ”Sesungguhnya pintu-pintu surga berada di bawah naungan pedang. 

Hadits Mau’du

Hadits islam yang ketiga ini bersumber dari informasi yang tidak jelas atau orang yang menceritakannya memiliki reputasi buruk semisal suka berdusta. Jadi bisa dibilang hadits mau'du adalah hadits palsu yang dibuat seseorang untuk kepentingan tertentu.

Contoh hadits mau'du seperti berikut ini

Sesungguhnya Allah suka melihat hamba-Nya yang lelah dalam mencari rezeki yang halal”

Orang yang meriwayatkan hadits ini salah satunya Muhammad bin Sahl Al-Aththar. dimana beliau ini terkenal suka memalsukan hadits. Ringkasnya hadits mau'du itu di buat seolah-olah itu ucapan rasulullah dan biasanya ini dilakukan guna mendukung perbuatan ia sendiri.

Hadits Dhaif

Jenis keempat hadits islam di isitilahkan sebagai dhaif, yang berarti kabar, sesuatu yang baru atau sesuatu yang dekat.  Hadist pada kelompok ini di nilai juga dari orang yang meriwayatkannya, jika ia lupa darimana cerita itu diperoleh atau lupa kalimat yang pernah didengarnya maka itu sudah memenuhi syarat sebagai hadits dhaif.

Jadi hadits dhaif tidak sama dengan hadits mau'du (hadits palsu) dan ada dua pendapat  para ulama mengatakan hadits dhaif masih bisa di amalkan namun ada juga ulama mengatakan tidak bisa mengamalkan.

Imam abu hanifa pendiri mazhab hanifa salah satu ulama yang membolehkan untuk menggunakan hadits dhaif ini. Menurutnya jika suatu perkara tidak ditemukan dalilnya dalam al-quran dan hadits sahih maka lebih baik menggunakan hadits dhaif untuk dijadikan hujjah (rujukan).

Contoh hadits dhaif  yang begitu populer di tengah masyarakat semisal saat bulan ramadhan.

1. Orang yang berpuasa itu tetap dalam kondisi beribadah meskipun dia tidur di atas kasurnya  2. Ramadhan adalah bulan yang awalnya penuh rahmat, Di pertengahannya penuh ampunan dan fase terakhirnya pembebasan dari api neraka

Itulah beberapa ulasan singkat soal hadits islam beserta contohnya semoga kita umat muslim bisa  memilah dan memilih hadits yang bisa dijadikan hujjah.

Baca juga

menelusuri kehidupan penulis kita sahih al-bukhari, imam bukhari

Artikel Terkait

Bagikan artikel ini