-->

Selasa, November 07, 2023

2 PERALATAN CANGGIH PENDETEKSI BAHAYA GEMPA DAN TSUNAMI

Bahaya tsunami merupakan momok paling menakutkan bagi masyarakat pesisir pantai. Bukan tanpa alasan, bahaya tsunami pernah menghajar Indonesia, tepatnya di propinsi Aceh 26 Desember  2004 silam. Luka mendalam itu masih membayang bagi keluarga korban saat memperingati bencana tsunami setiap tahunnya.

Namun kini dengan banyaknya peristiwa bencana tsunami yang pernah melanda di negara-negara pesisir pantai seluruh dunia, para ahli pun tidak tinggal diam berusaha melakukan riset dan uji coba alat yang mampu mendeteksi bahaya gelombang tsunami.

 

Baca juga

Fenomena jabal magnet di indonesia

 

Bencana tsunami dan bencana gempa selalu berpasangan, tanpa didahului gempa maka mustahil ada bahaya tsunami. Karena itu para ahli berusaha keras menciptakan alat yang mampu mendeteksi dua hal ini.

 

Indonesia rawan gempa dan tsunami

 

Berdasar sumber ESDM  badan geologi dalam artikelnya berjudul InaTews Konsep dan implementasi (2010) diketahui bahwa posisi geografi Indonesia sangat rawan terjadinya bahaya gempa dan tsunami.

 

Musababnya,  kondisi geografis  Indonesia berada tepat diatas    tiga lempeng tektonik utama dunia yaitu lempeng samudera pasifik di sebelah Timur,  lempeng samudera india - australia di sebelah selatan, serta eurasia.

 

Bencana gempa bisa terjadi kalau ada salah satu dari ketiga lempeng itu bergerak, karena sebab semisal aktivitas magma di dalam perut bumi, maka otomatis menimbulkan guncangan di permukaan bumi.

 

Menurut teori tektonik yang dilansir dari situs education.nationalgeographic.org dijelaskan secara ringkas bahwa bentang alam besar ini terbentuk akibat pergerakan bawah tanah bumi.Jelas, pergerakan bawah bumi akan selalu ada sehingga  potensi terjadinya gempa bisa kapan saja terjadi, dan itu berarti bahaya tsunami pun kerap akan mengintai setiap saat.

 

Masih dalam artikel yang sama, tercatat dalam kurun waktu hampir 20 tahun terakhir  sejak 1991 hingga 2009, Indonesia sudah mengalami 30 kali gempa sifatnya merusak serta, pun 14 kali bencana tsunami.

 

Dari data Ini bisa diperkirakan bahwa Indonesia menjadi langganan bahaya tsunami sekali setahun. Sangat beralasan kemudian pemerintah Indonesia agresif mengembangkan peralatan pendeteksi bahaya gempa dan tsunami.

 

Peralatan Deteksi bencana gempa dan tsunami

 

Bencana tsunami sebenarnya tidak perlu harus terjadi sekiranya ada  alat yang mampu mendeteksi  sejak awal ancaman bahaya tsunami. Namun mungkin karena bencana tsunami ini jarang terjadi, maka peralatan deteksinya pun jarang di aktifkan petugas.

 

Berikut beberapa jenis peralatan mendeteksi bahaya gempa dan tsunami yang populer digunakan.

 

1.  InaTews (Indonesia tsunami early warning sytem)

Peralatan ini dibuat sendiri oleh pemerintah Indonesia dan diluncurkan pertama kali  tahun 2008. Ini merupakan nasional pemerintah hasil kerjasama dan dukungan beberapa Negara donator di dunia.

 

Ina-tews di design memiliki dua sistem pemantauan. yaitu untuk wilayah  darat dan wilayah laut Kedua wilayah daerah pemantauan itu akan di pasang dengan alat deteksi yang berbeda dan dihubungkan ke aplikasi pengolah data BMKG.

 

2.  GUARDIAN (GNSS Upper Atmospheric Real Time Disaster and Alert Network)

Peralatan deteksi tsunami ini merupakan buatan dari Leo Martire seorang ilmuan NASA Amerika Serikat. Dilansir dari situs nasa-gov, dijelaskan bahwa alat ini memakai sinyal GPS serta menggunakan kekuatan satelit yang beredar di angkasa. 

 

Cara kerjanya dengan mendeteksi gemuruh cincin api aktif yang ada di samudera pasifik. Menurut data sejarah dari national oceanic and atmospheric administration antara tahun 1900 hingga 2015, 78 persen peristiwa tsunami bermula di  wilayah samudera pasifik.

 

Namun sayangnya, alat ini masih sifatnya uji coba untuk dilakukan penyempurnaan terus menerus oleh para ahli.

 

Membandingkan cara kerja kedua alat deteksi tsunami itu, terlihat kecanggihan GUARDIAN  di atas rata-rata dibanding buatan Indonesia Ina-tews. Pemantauan gempa dan bahaya tsunami cukup  lewat sinyal GPS tanpa repot-repot memasang alat itu di wilayah darat atau kedalaman laut.

 

Namun patut di akui, ilmuan Indonesia otaknya sudah cukup encer sehingga bisa merancang alat deteksi bahaya gempa dan tsunami hampir setara buatan ilmuan amerika.

 

Baca juga

Penjelasan lengkap bencana gempa dan tsunami

Bagikan artikel ini