Namun sejalan perkembangan dunia yang kian kompleks istilah social enterprise (wirausaha sosial) perlahan-lahan mulai menggantikan istilah enterprenuer yang di awal dekade 2000 begitu gencar di kampanyekan.
Ada 3 sektor yang sangat laris manis dan menjadi pilihan usaha social enterprise yaitu industry kreatif sebanyak 22persen, pertanian dan perikanan sebanyak 16 persen dan terakhir bidang pendidikan sebanyak 15 persen.
Baca juga
Membongkar rahasia ukm / usaha kecil menengah agar bisa sukses
Berkaca dari kesimpulan penelitian ini, maka kita tahu model social enterprise (wirausaha sosial) sudah dijadikan alternatif di kalangan para pelaku usaha di Indonesia.
Lantas, apa sebenarnya social enterprise itu ?
Istilah Social enterprise sebenarnya diberikan pada kegiatan yang mencampuradukan antara kegiatan sosial dan mencari keuntungan. Kedua-duanya dianggap penting dan saling terikat sehingga menjadi misi utama yang harus dijalankan oleh sebuah perusahaan atau lembaga tertentu.
Sangat masuk akal, dan seyogyanya sebuah organisasi sosial harus menerapkan skenario wirausaha sosial (social enterprise) ini. Menjalankan misi sosial bagi penyandang masalah kesejahteraan sosial adalah sebuah aksi terpuji, namun itu perlu dilakukan seiring sejalan dengan misi ekonomi, mencari juga keuntungan agar organisasi boleh bertahan hidup.
William Eggers dan Paul Macmilan dalam bukunya The Solution Revolution membeberkan bagaimana seorang pelaku usaha, pemerintah dan pelaku usaha sosial saling mendukung untuk mengatasi masalah-masalah masyarakat.
Ekonomi berbasis solusi merupakan pintu masuk, sebuah model bisnis yang menyeimbangkan antara misi sosial yang bernilai profit.
Berkembang sebuah pertanyaan, apakah social enterprise sama dengan corporate social responsibility (CSR) ?
Nah, itu pada bagian ini saya berani katakan 2 hal itu berbeda sama sekali. Corporate social responsibility merupakan dana tanggung jawab sosial yang wajib dikeluarkan sebuah perusahaan dimana dia beroperasi.
Jadi, kegiatan operasional perusahaan itu tidak harus dalam rangka menjalankan misi sosial, namun keutungan yang didapatkan oleh perusahaan itulah yang dikenakan tanggung jawab sosial.
Beda halnya dengan sosial enterprise, kegiatan operasional sudah jelas jelas memikul misi sosial yang sejati didalamnya ada misi ekonomi untuk mencari keutungan juga.
Ada beberapa ciri tertentu yang mudah dilacak untuk mengetahui sebuah kegiatan bergerak di social enterprise atau tidak:
- Organisasinya independen dan tidak terikat dengan pihak manapun
- Memiliki misi sosial yang jelas dalam praktek dan dokumen hukumnya
- Keputusan selalu di buat lewat forum bersama
- Transparan dalam pengelolaan keuangan
Jenis Social Enterprise di Indonesia
1. Bergerak di sektor tenaga kerja
Skema yang diterapkan pada sektor ini, adalah menggunakan basis tenaga kerja yang berasal dari orang kurang mampu (miskin), kaum disabilitas produktif (masih mampu bekerja) melalui berbagai kegiatan ekonomi produktif.
Semisal adalah Lembaga Kesejahteraan Sosial yang memanfaatkan kelompok fakir miskin dalam pengelolaan kelompok usaha bersama dan atau usaha ekonomi produktif.
2. Bergerak melalui inovasi
Nah untuk social enterprise (wirausaha sosial) yang ini, lebih memfokuskan misi sosialnya lewat jalur inovasi baik itu bersifat layanan pendidikan bagi anak-anak terlantar contohnya sanggar belajar anak.
Di tingkat dunia salah satu social enterprenuership yang terkenal adalah sagar, pendiri dexterity global di negara India yang memfokuskan pada penanganan pendidikan anak-anak.
Inovasi lain social enterprise adalah di bidang layanan kesehatan bagi para lanjut usia melalui inovasi home care, we care (mengumpul dana untuk pasien tertentu.
Ada juga inovasi kegiatannya dengan memproduksi pupuk organik yang ramah lingkungan dengan memanfaatkan limbah rumah tangga.
Di Jogya ada social enterprise besutan mursida rambe, (BMT beringharjo) yang menjalankan kegiatannya lewat sedekat bantuan modal bagi pelaku usaha dari kalangan orang tidak mampu.
Yang begitu terkenal di Indonesia adalah dompet Dhuafa, merupakan sebuah inovasi yang menyalurkan zakat dari lembaga/perusahaan atau orang tertentu
Bagi anda yang berminat ingin menjadi seorang social enterprenuership, sebetulnya tidak susah dan juga tidak gampang. Ada tiga hal yang perlu anda miliki
1. Motivasi kuat, mau berbagi dengan sesama,
2. Peduli dengan kehidupan dan masalah orang lain serta
3.Di niatkan untuk mencari amal.
Mudahkan, mengapa saya berani mengatakan seperti itu karena ketika saya mendirikan beberapa lembaga kesejahteraan sosial di daerah, 3 hal itu menjadi modal utama untuk bertahan.
Lepas dari pengalaman saya itu, di kawasan asia DBS foundation merupakan satu-satunya yayasan yang berkiprah dalam bisnis social melalui berbagai program unggulan seperti kompetisi usaha sosial, dukungan pendanaan, forum belajar dan pendampingan.
Platform usaha sosial
1. Konsultasi bisnis dan dampak sosial
2. Koneksi ke jaringan kerja yang relevan
3. Kemudahan akses ke komunitas social enterprise
Dengan menggandeng kerjasama bersama pihak perguruan tinggi terkemuka di dunia, PLUS sudah melaksanakan beberapa program pelatihan kegiatan seperti :
1. Pengembangan bisnis
Para pelaku social enterprise akan diberikan konsultasi dan pendampingan regular melalui media internet (online) sesuai cakupan wirausaha sosial yang dijalankannya
2. Pengembangan komunitas
Dalam kegiatan ini, tim PLUS akan memberikan kesempatan pada pelaku social enterprise untuk mengasah keterampilan wirausaha sosial dalam mengembangkan komunitasnya.
Jadi, singkat ceritanya social enterprise merupakan sebuah permodelan bisnis yang sejatinya dapat dipertimbangkan untuk dikembangkan sehingga disamping mendapat keuntungan (walau tidak banyak), di ujung lain disempurnakan dengan menggeruk amal yang nantinya bisa menjadi bekal di kehidupan lain.
Baca juga
Kumpulan ide bisnis, peluang usaha terbaik
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
BERIKAN KOMENTAR YANG SOPAN DAN SESUAI ISI ARTIKEL YANG ADA,