Beberapa
tahun belakangan istilah entrepreneur begitu
cetar membahana bagi masyarakat Indonesia dan hampir di setiap forum diskusi manapun
baik di roda pinggir jalan istilah itu tak
luput menjadi salah satu buah bibir yang dibicarakan kalangan intelektual muda.
Namun sejalan perkembangan dunia yang kian kompleks istilah social enterprise
(wirausaha sosial) perlahan-lahan mulai menggantikan istilah enterprenuer yang di awal dekade 2000 begitu
gencar di kampanyekan.
Dari
hasil penelitian dari PBB melalui komisi ekonomi dan sosial asia pasifik (UNESCAP),
sampai pada tahun 2017 ditemukan ada sekitar 80 usaha yang naik kelas (sudah
mapan).
Ada 3 sektor yang sangat laris manis dan menjadi pilihan usaha social
enterprise yaitu industry kreatif sebanyak 22persen, pertanian dan perikanan
sebanyak 16 persen dan terakhir bidang pendidikan sebanyak 15 persen.
Baca juga
Berkaca
dari kesimpulan penelitian ini, maka kita tahu model social enterprise (wirausaha sosial) sudah
dijadikan alternatif di kalangan para pelaku usaha di Indonesia.
Lantas,
apa sebenarnya social enterprise itu ?
Istilah
Social enterprise sebenarnya diberikan pada kegiatan yang mencampuradukan antara kegiatan
sosial dan mencari keuntungan. Kedua-duanya dianggap penting dan saling terikat
sehingga menjadi misi utama yang harus dijalankan
oleh sebuah perusahaan atau lembaga tertentu.
Sangat
masuk akal, dan seyogyanya sebuah organisasi sosial harus menerapkan skenario wirausaha sosial (social
enterprise) ini. Menjalankan misi sosial bagi penyandang masalah kesejahteraan
sosial adalah sebuah aksi terpuji, namun itu perlu dilakukan seiring sejalan dengan misi ekonomi, mencari
juga keuntungan agar organisasi boleh
bertahan hidup.
William
Eggers dan Paul Macmilan dalam bukunya The Solution Revolution membeberkan
bagaimana seorang pelaku usaha, pemerintah dan pelaku usaha sosial saling
mendukung untuk mengatasi masalah-masalah masyarakat.
Ekonomi berbasis solusi
merupakan pintu masuk, sebuah model bisnis yang menyeimbangkan antara misi
sosial yang bernilai profit.
Berkembang
sebuah pertanyaan, apakah social enterprise sama dengan corporate social
responsibility (CSR) ?
Nah,
itu pada bagian ini saya berani katakan 2 hal itu berbeda sama sekali. Corporate social responsibility merupakan
dana tanggung jawab sosial yang wajib dikeluarkan sebuah perusahaan dimana dia
beroperasi.
Jadi, kegiatan operasional perusahaan itu tidak harus dalam rangka
menjalankan misi sosial, namun keutungan yang didapatkan oleh perusahaan itulah
yang dikenakan tanggung jawab sosial.
Beda
halnya dengan sosial enterprise, kegiatan operasional sudah jelas jelas memikul
misi sosial yang sejati didalamnya ada
misi ekonomi untuk mencari keutungan juga.
Ada
beberapa ciri tertentu yang mudah dilacak untuk mengetahui sebuah kegiatan
bergerak di social enterprise atau tidak:
1. Organisasinya
independen dan tidak terikat dengan pihak manapun
2. Keuntungan
yang di peroleh, diinvestasi ulang ke misi sosial
3. Memiliki
misi sosial yang jelas dalam praktek dan dokumen hukumnya
4. Keputusan
selalu di buat lewat forum bersama
5. Transparan
dalam pengelolaan keuangan
Jenis Social Enterprise di Indonesia
Bergerak di sektor tenaga kerja Skema yang diterapkan pada sektor ini,
adalah menggunakan basis tenaga kerja yang berasal dari orang kurang mampu (miskin), kaum disabilitas
produktif (masih mampu bekerja) melalui berbagai kegiatan ekonomi produktif.
Semisal adalah Lembaga Kesejahteraan Sosial yang memanfaatkan kelompok fakir miskin
dalam pengelolaan kelompok usaha bersama dan atau usaha ekonomi produktif.
2. Bergerak melalui inovasi
Nah untuk social enterprise (wirausaha sosial) yang ini, lebih memfokuskan misi sosialnya lewat
jalur inovasi
baik itu bersifat layanan pendidikan bagi anak-anak terlantar contohnya sanggar
belajar anak.
text-align: justify;"> Di tingkat dunia salah satu social enterprenuership yang terkenal
adalah sagar, pendiri dexterity global di negara India yang memfokuskan pada
penanganan pendidikan anak-anak.
Inovasi lain social enterprise adalah
di bidang layanan kesehatan bagi para lanjut usia melalui inovasi home care, we
care (mengumpul dana untuk pasien tertentu.
Ada juga inovasi kegiatannya dengan
memproduksi pupuk organik yang ramah lingkungan dengan memanfaatkan limbah
rumah tangga.
text-align: justify;"> Di Jogya ada social enterprise besutan mursida rambe, (BMT
beringharjo) yang menjalankan kegiatannya lewat sedekat bantuan modal bagi
pelaku usaha dari kalangan orang tidak mampu.
Yang begitu terkenal di Indonesia
adalah dompet Dhuafa, merupakan sebuah inovasi
yang menyalurkan zakat dari lembaga/perusahaan atau orang tertentu
Bagi
anda yang berminat ingin menjadi seorang social enterprenuership, sebetulnya
tidak susah dan juga tidak gampang. Ada tiga hal yang perlu anda miliki
1. Motivasi
kuat, mau berbagi dengan sesama,
2. Peduli
dengan kehidupan dan masalah orang lain serta
3.Di niatkan
untuk mencari amal.
Mudahkan,
mengapa saya berani mengatakan seperti itu karena ketika saya mendirikan
beberapa lembaga kesejahteraan sosial di daerah, 3 hal itu menjadi modal utama
untuk bertahan.
Lepas
dari pengalaman saya itu, di kawasan asia DBS foundation merupakan satu-satunya
yayasan yang berkiprah dalam bisnis social melalui berbagai program unggulan
seperti kompetisi usaha sosial, dukungan
pendanaan, forum belajar dan pendampingan.
Platform usaha sosial
Dindonesia
sendiri, sudah berkembang berbagai lembaga yang siap membantu mengembangkan social
enterprise di daerah-daerah, salah satunya adalah adalah PLUS (Platform wirausaha Sosial). Mereka menawarkan beberapa bantuan kepada pelaku social enterprise
dalam bentuk :
1. Konsultasi bisnis dan dampak sosial
2. Koneksi ke jaringan kerja yang relevan
3. Kemudahan akses ke komunitas social
enterprise
Dengan
menggandeng kerjasama bersama pihak
perguruan tinggi terkemuka di dunia, PLUS sudah melaksanakan beberapa program
pelatihan kegiatan seperti :
1. Pengembangan bisnis
Para pelaku social enterprise akan
diberikan konsultasi dan pendampingan regular melalui media internet
(online) sesuai cakupan wirausaha sosial
yang dijalankannya
2. Pengembangan komunitas
Dalam kegiatan ini, tim PLUS akan memberikan
kesempatan pada pelaku social enterprise untuk mengasah keterampilan wirausaha sosial
dalam mengembangkan komunitasnya.
Jadi, singkat
ceritanya social enterprise merupakan sebuah permodelan bisnis yang sejatinya
dapat dipertimbangkan untuk dikembangkan sehingga disamping mendapat keuntungan
(walau tidak banyak), di ujung lain disempurnakan dengan menggeruk amal yang
nantinya bisa menjadi bekal di kehidupan lain.
Baca juga