Penulis : Hendra Makalalag
(Pemerhati masalah sosial dan
Politik)
Kabar gembira itu
telah datang, yaa kabar gembira. Inilah kalimat yang pas mengawali tulisan ini,
mengapa ?, karena kegembiraan terhadap segala sesuatu itu sering meledak-ledak
euforiannya. Sebenarnya kabar gembira itu sudah ada sejak 3 tahun terakhir ini,
namun masih simpang siur dan terinformasi ada juga daerah lain yang
menginginkan perihal sesuatu yang menggembirakan bagi masyarakat seantero
Bolaang Mongondow Raya (BMR).
Apa gerangan
ihwal menggembirakan itu ?, mungkin bagi kalangan tertentu dan memiliki
kecenderungan tidak suka hal ini kurang menarik bagi mereka yang merasa
ihwalnya tidak penting bagi dia dan atau kelompoknya namun bagi mayoritas
masyarakat berita gembira ini merupakan kebutuhan dan bahkan mendatangkan
rejeki, bahkan membuka lapangan kerja
baru bagi masyarakat BMR.
Teka-teki kegembiraan itu adalah Rencana Mega
Proyek Pemerintah Kabupaten Bolaang Mongondow, yaitu rencana Pembangunan
Lapangan Terbang atau Bandar Udara (bandara) di Ibu Kota Kabupaten Bolaang
Mongondow tepatnya di Lolak Bandara yang merupakan kebutuhan dan keinginan
masyarakat yang dengan melalui kajian teknis serta mempertimbangkan potensi
daerah yang luas wilayah Provinsi Sulawesi Utara adalah 52% merupakan wilayah
BMR dengan berbagai potensi sumber daya alam (SDA) maupun sumber daya manusia (SDM) ada
didalamnya.
Tidaklah berlebihan apabila masyarakat BMR memiliki keinginan
hadirnya Bandara, mengingat jarak tempuh ke Bandara Samratulangi Manado dari
wilayah BMR kurang lebih 3,5 sampai 4 jam untuk mencapai tujuan.
Ketika rencana
pembangunan Bandara diwilayah BMR mulai digaungkan maka ada 2 (dua) Daerah yang
mengusulkan kepada Pemerintah Pusat, dalam hal ini diusulkan ke Kementerian
Perhubungan Republik Indonesia. 2 (dua) Daerah dimaksud yakni Kabupaten Bolaang
Mongondow (Bolmong) dan Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan (Bolsel).
Hasil kajian
akhir Kemenhub memutuskan bahwa Kabupaten Bolaang Mongondow sangat layak untuk
dibangun Bandara, disamping posisinya sangat strategis karena dari sisi
geografi Lolak ada di bagian tengah
wilayah BMR, dan ada pada poros transportasi darat yaitu Trans Sulawesi.
Terinformasi rencana pembangunan pada tahap awal Kemenhub mengalokasikan dana
sebesar 30 Milyar yang bersumber dari Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN)
Tahun 2019 nanti. Rencana ini lebih cepat terealisasi oleh karena peran dari
seorang Bupati Bolaang Mongondow (Dra.Hj.Yasti Soeprojo Mokoagow) yang dikenal
memiliki net working di Pusat. Jaringan kerja yang sudah terbina sejak YSM
duduk sebagai Wakil Rakyat di DPR RI dan dipercayakan oleh Partainya (PAN) saat
itu untuk memimpin komisi V. sebagai
Ketua Komisi V saat itu YSM mampu menekan Pusat
sehingga kucuran dana mengalir ke Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara, dan BMR
mendapat alokasi APBD Provinsi sangat besar pada masa Pemerintahan dipimpin
oleh Gubernur DR. Sinyo Harry Sarundayang (SHS).
Jaringan yang secara politis
sudah terbina tentunya memudahkan komunikasi terkait perjuangan Pemerintah
Daerah dalam rangka mendapatkan porsi anggaran yang lebih besar berdasarkan potensi
daerah itu sendiri, termasuk Pembangunan bandara Lolak. Menyiapkan nama
Bandara. Sejak rencana Mega Proyek pembangunan Bandara Lolak, Pemerintah
Bolaang Mongondow mencoba melempar ke public perihal pemberian nama Bandara
nanti.
Banyak usulan nama yang disematkan oleh masyarakat yang karena
antusiasmenya terhadap kehadiran Bandara diwilayah BMR, sehingga mencoba
menawarkan nama melalui media sosial yang dianggap moleh masyarakat mudah untuk
menyampaikan aspirasinya. Persoalan disukai atau tidak masyarakat berpikir yang
penting bisa berpendapat dalam mengusulkan sebuah nama Bandara, dengan berbagai
argumentasi yang disampaikan melalui medsos. Alhasil berbagai koleksi nama
antara lain; Bandara Mokodoludut, Bandara Datu Binangkang, Bandara Gumalangit,
Bandara Mogidag, Bandara, Bandara C. Manoppo, Bandara Loloda Mokoagow dan
lain-lain yang hampir semua usulan nama mengambil nama Bogani dan nama
Raja-raja Bolaang Mongondow masa lampau. Mengambil nama
dari Tokoh penguasa masa lampau tidaklah salah, oleh karena di Indonesia
kebanyakan nama Bandara diambil dari nama-nama Tokoh Pahlawan nasional maupun
nama raja-raja dahulu. Dari sekian nama yang ditawarkan oleh masyarakat dan
para pemerhati, ada satu nama Tokoh yang menarik bagi penulis untuk ditelisik
lebih jauh karena ketokohannya sangat dikenal dan terkenal pada masanya. Tokoh
yang penulis maksud adalah tidak lain dan tidak bukan “ LOLODA MOKOAGOW “. Mendengar Nama besar Loloda Mokoagow rasanya
merinding dan bergetar serta berdiri bulu-bulu nyawaku. Sungguh Tokoh
yang sangat besar dan berpengaruh pada masanya. Loloda Mokoagow
adalah raja yang cerdik pandai dan ahli strategi. Wilayah kekuasannya
meliputi
wilayah BMR sampai di Kaima (Kema).
Raja yang mempersiapkan prajurit pilih
tanding dan setia kepada Kerajaan Mongondow. Sejarah mencatat bahwa dimasa Loloda Mokoagow
berkuasa Kapita Lao atau setuingkat (angkatan lautnya) sangat handal, karena
dibantu oleh angkatan laut kesultanan Tidore dan Makasar, sehingga jangan heran
kalau seluruh wilayah pesisir di Sulawesi Utara dapat dikuasainya dengan mudah.
Terkait dengan
pemberian nama bandara Lolak maka masuknya nama Loloda Mokoagow atau yang dikenal dengan julukan “ Datu Binangkang “ adalah putera Raja
Tadohe. Ketika Tadohe turun tahta maka ayahnya menobatkan Loloda Mokoagow
sebagai Raja.
Dinobatkannya Loloda Mokoagow sebagai Raja disamping sebagai
Putera Mahkota yang berhak mewarisi, ayahnya Tadohe sudah melihat tanda-tanda
kepemimpinan dari anaknya.
Loloda memiliki kecerdasan dan terbiasa
mengorganisir orang-orang yang ada disekitarnya. Loloda memiliki karakter yang
suka berdebat termasuk ingin berkelahi kalau dianggapnya harus dilakukan.
Pembentukan karakter Loloda muda sangat mempengaruhi jiwa kepemimpinannya.
Sehingga pada saat memimpin sebagai Raja Loloda tidak kesulitan dalam mengurus
kerajaan.
Loloda menjadi Raja yang disegani karena kemampuan politik dan
pemerintahannya tergolong handal, sisi politik
dan pemerintahan yang hampir tidak disentuh oleh para sejarawan dalam
mengeksplor sejarah kerajaan Mongondow, mereka hanya melihat dari sudut
kebudayaan saja, pada soal politik dan pemerintahan dalam referensi sejarah
tentang kerajaan Mongondow kurang digali.
Penulis berdasarkan literasi yang ada
mencoba mengkonstruksikan cara pandang terhadap kerajaan. Bahwa Kerajaan
sudah pasti akan mengurusi rakyatnya apalagi dijaman raja Tadohe sudah ada yang
namanya “Bakid” (rapat), Mo Bakid (rapat umum). Dalam Mo Bakid (rapat umum) inilah
raja Tadohe mengeluarkan kithahnya yang sangan terkenal dan mengakar kuat dalam
budaya Mongondow yaitu “ Sintak In Akuoy Ba Bibitonku In Ikow” ( wahai
rakyatku; dukunglah saya dan aku akan
mengangkat derajat kehidupan kalian). Ini sudah menjadi perjanjian sakral
antara Raja (Pemimpin) dan rakyat yang dipimpinnya, yang dikenal dengan
“Perjanjian Paloko- Kinalang). Kebesaran Loloda Mokoagow dengan wilayah yang
cukup luas menunjukkan bahwa politik dan pemerintahannya berjalan dengan baik
dan didukung oleh seluruh rakyat yang dia pimpin. Keberhasilan Loloda Mokoagow
dalam pemerintahan dan Politik inilah yang dalam sejarah tidak banyak
diceritakan namun melulu oleh W. Dunnebier (misionaris Belanda) hanya
menceritakan soal kebudayaan dan kesenian, hal ini juga menjadi bagian dari
kritik penulis kepada W.
Dunnebier, yang telah melakukan pembodohan secara
terstruktur, sistimatis dan massif melalui tulisan sejarah kerajaan Bolaang Mongondow. Dari sedikit apa
yang dapat dijelaskan oleh penulis terkait kehebatan Loloda Mokoagow yang
dikenal dengan “ Datu Binangkang “ dalam Pemerintahan dan Politik pada masanya
dengan bukti menggenggam wilayah kekuasaan yang sangat luas dan mampu membangun
kerjasama dengan Kesultanan Ternate dan Kerajaan Makasar termasuk Bacan dengan
bukti Loloda Mokoagow menguasai seluruh wilayah pesisir di Sulawesi Utara yang
merupakan Sejarah yang tidak terbantahkan sampai kapanpun.
Dengan alasan
tersebut penulis sangat setuju apabila Keharuman dan Kebesaran Nama, serta
nilai-nilai perjuangannya dalam Politik, Pemerintahan dan mensejahterakan
Rakyatnya maka sangatlah pantas bila Raja Loloda
Mokoagow namanya kita abadikan dalam bentuk penamaan Bandar Udara Lolak.
Semoga kita sebagai generasi yang menikmati hasil perjuangan beliau ikhlas dan
tidak lagi mempertentangkan soal nama beliau yang akan disematkan pada Bandar
Udara Lolak, Natua Dega’ Salam Tabi Bo
Tanob.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
BERIKAN KOMENTAR YANG SOPAN DAN SESUAI ISI ARTIKEL YANG ADA,