Sekilas dari judul posting blog ini menyiratkan kesan prostitusi, wah salah bung. Begini ceritanya, dalam dunia pemasaran kita perlu mentransformasi talenta dan sumberdaya kita menjadi core competence yang akhirnya menjadi keunggulan bersaing kita.
Core competence atau kompetensi inti merupakan segala kemampuan baik itu skill, knowledge yang di miliki seseorang.
Berikut ini 9 tips memasarkan diri dengan mengambil referensi dari buku Hermawan Kartajaya "Marketing Yourself"...
Core competence atau kompetensi inti merupakan segala kemampuan baik itu skill, knowledge yang di miliki seseorang.
Berikut ini 9 tips memasarkan diri dengan mengambil referensi dari buku Hermawan Kartajaya "Marketing Yourself"...
#1. Membuat Segmentasi
Segmentasi yang dimaksud Hermawan adalah melihat pasar secara kreatif alias tidak sekadar mengekor orang lain. Pasar untuk konteks pemasaran diri bisa berupa lingkungan kerja, lingkungan sekolah, organisasi, lingkungan pertemanan, dan sebagainya. Kreativitas mendapat penekanan di sini. Dalam proses segmentasi ini, kita berupaya menemukan dan menonjolkan apa yang menjadi perbedaan kita dengan orang lain.
Target di sini tak lain adalah upaya mengalokasikan sumberdaya yang kita miliki seefektif mungkin. Target dibuat karena sumberdaya kita terbatas. Sumberdaya bisa berupa energi, waktu, pikiran, dan sebagainya. Kita tak perlu menghamburkan waktu untuk semua orang dan hal tak jelas. Hermawan bilang jangan jadi Rambo, tapi jadilah sniper!
Pada ranah ini, kita kudu bisa membuat pelanggan percaya pada kita pada positioning kita. Temukan sesuatu yang berbeda dari diri kita dengan khalayak. Contoh simpel, jangan membikin surat lamaran yang umum. Tonjolkan sisi unik dari diri kita. Positioning ini juga menjadi janji yang akan kita berikan pada pelanggan.
# 4. Diferensiasi.
Diferensiasi di sini adalah pengintegrasian antara konten dan konteks. Konten merujuk pada isi dari diri kita, seperti pendidikan, talenta, ketrampilan, dan sebagainya. Konteks lebih mengacu pada bungkusnya.Konten itu lebih pada apa yang kita tawarkan. Konten adalah cara kita menawarkannya.
Banyak orang pintar dan cakap, tapi tidak mempunyai kemampuan mengkomunikasikan itu secara tepat. Padahal, orang melihat diri kita pertama kali dari luar (bungkus/konteks).
Positioning dan diferensiasi saling berkaitan. Kita bisa mem-positioning-kan diri kita agar bisa dipersepsi orang lain secara berbeda. Usai dipersepsi macam ini, kita kudu bisa mengisi dengan konten dan konteks.
Banyak orang pintar dan cakap, tapi tidak mempunyai kemampuan mengkomunikasikan itu secara tepat. Padahal, orang melihat diri kita pertama kali dari luar (bungkus/konteks).
Positioning dan diferensiasi saling berkaitan. Kita bisa mem-positioning-kan diri kita agar bisa dipersepsi orang lain secara berbeda. Usai dipersepsi macam ini, kita kudu bisa mengisi dengan konten dan konteks.
Bauran pemasaran jamak dikenal dengan rumusan 4P product, price, place, dan promotion. Produk dalam konteks ini adalah servis—apa yang bisa kita berikan pada pelanggan kita.
Entah itu bakat, ketrampilan, dan sebagainya. Harga adalah penghargaan pada produk yang kita berikan tersebut. Gabungan antara produk dan harga adalah penawaran.
Entah itu bakat, ketrampilan, dan sebagainya. Harga adalah penghargaan pada produk yang kita berikan tersebut. Gabungan antara produk dan harga adalah penawaran.
Selain itu, diri kita pun sebisa mungkin bisa diakses melalui tempat dan promosi. Di era New Wave ini, banyak kanal dan media yang bisa kita gunakan untuk promosi diri kita—lebih tepatnya unique selling points—kepada pelanggan.
Kita bisa menggunakan blog yang berisi tentang karya-karya kita maupun CV kita, LinkedIn, Twitter, Facebook, dan sebagainya.
ngat, sekarang ini, orang dengan mudah membaca jejak rekam kita melalui internet lebih tepatnya Google. Sebab itu, berupayalah agar Google tetap merekam sisi positif diri kita.
Kita bisa menggunakan blog yang berisi tentang karya-karya kita maupun CV kita, LinkedIn, Twitter, Facebook, dan sebagainya.
ngat, sekarang ini, orang dengan mudah membaca jejak rekam kita melalui internet lebih tepatnya Google. Sebab itu, berupayalah agar Google tetap merekam sisi positif diri kita.
Intinya, di era serba terkonek ini, sebaiknya kita juga menjadi pribadi yang mudah terkonek. Catatannya, tampilah di media-media sosial dengan penuh karakter.
Selling yang dimaksud di sini tak lain adalah bagaimana kita memadukan antara diri kita, pelanggan, dan relasi dengan pelanggan tersebut. Jangan sekali-kali melakukan hard selling karena kita tidak menjual barang tapi person.
Salah satu caranya dengan terus melakukan interaksi dan percakapan dengan para pelanggan kita.
Relasi kontinu ini akan menciptakan customer bonding. Ini tidak hanya akan berbuah pada financial bonding tapi juga emotional bonding. Bahkan, lebih dalam dari itu, bisa menjadi spiritual bondingrelasi dari hati ke hati. Kalau sudah begini, kita menjadi merek yang kuat.
Salah satu caranya dengan terus melakukan interaksi dan percakapan dengan para pelanggan kita.
Relasi kontinu ini akan menciptakan customer bonding. Ini tidak hanya akan berbuah pada financial bonding tapi juga emotional bonding. Bahkan, lebih dalam dari itu, bisa menjadi spiritual bondingrelasi dari hati ke hati. Kalau sudah begini, kita menjadi merek yang kuat.
Ada tiga kategori selling, yakni benefit, feature (jual servis), dan solution. Yang paling tinggi adalah solution selling di mana kita tidak hanya menjual diri dengan menonjolkan ijazah, tapi menawarkan solusi.
Diri kita adalah merek tertentu. Hermawan menandaskan bahwa branding adalah upaya menghindari kecenderungan untuk menjadi sama dengan kebanyakan.
Servis menjadi media memasarkan diri. Servis tak sekadar pelayanan biasa dan umum, tapi servis intelektual, emosional, dan spiritual. Sebisa mungkin tempatkan servis ini sebagai jalan hidup a way of life.
Proses ini tak lain adalah upaya untuk mengembangkan diri kita secara kontinu. Tidak pernah puas dengan keadaan dan kenyamaan saat ini. Kita senantiasa memperbarui quality, cost, dan delivery. Misalnya, pekerjaan kita harus berkualitas. Diselesaikan dengan tepat waktu serta efisien. Ini yang kudu diperbarui secara kontinyu.
Artikel Lain
Tidak Ada yang Sempurna
Artikel Lain
Tidak Ada yang Sempurna
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
BERIKAN KOMENTAR YANG SOPAN DAN SESUAI ISI ARTIKEL YANG ADA,