Pada garis besarnya banyak faktor yang menentukan maju tidaknya suatu daerah yang salah satunya adalah menyangkut sektor unggulan yang dimiliki oleh daerah itu sendiri.
Hal ini akan tercermin dalam Product Domestik Regional Bruto yang tidak lain merupakan suatu parameter yang menggambarkan kegiatan ekonomi produktif yang berlangsung di suatu daerah. Akan tetapi dalam perkembangannya, tidak semua kota mencapai tingkat perkembangan seperti yang diinginkan.
Perbedaan kapasitas faktor-faktor produksi dari masing-masing daerah tersebut menyebabkan terjadinya fenomena supply and demand dikarenakan suatu daerah dituntut untuk melepaskan kelebihan sumber daya yang dimiliki untuk memenuhi kebutuhan akan sumber daya yang tidak dimiliki oleh daerah tersebut.
Proses pertukaran faktor-faktor produksi antar daerah yang memicu terjadinya interaksi tersebut, secara tidak langsung akan dapat menggambarkan seberapa besar keberadaan potensi sumber daya daerah yang bersangkutan, sehingga dapat dikatakan bahwa intensitas interaksi antar daerah yang terjadi akan sangat tergantung pada besaran kebutuhan dari masing-masing daerah akan faktor-faktor produksi yang ada.
Pemenuhan akan kebutuhan sumber daya bagi suatu daerah melalui proses interaksi tersebut sangatlah wajar dikarenakan kemampuan suatu daerah untuk dapat berkembang akan sangat ditentukan oleh seberapa besar potensi sumber daya yang dimiliki sebagai sector basis (Alkadri et al., 1999).
Potensi sumber daya dapat dikatakan sektor unggulan apabila eksistensinya telah dapat dimanfaatkan sebagai komponen penting dalam mendukung proses pengembangan daerah yang bersangkutan, sehingga kelebihan kapasitas produksi dari sektor ini dapat dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan daerah akan sumber daya yang tidak dimiliki.
Keberadaan sektor unggulan di suatu daerah juga akan memberikan pengaruh yang tidak sedikit baik ke dalam maupun keluar daerah tersebut. Hal tersebut dikarenakan munculnya unit-unit produksi baru yang mendukung sektor basis akan membutuhkan pasokan bahan baku, manusia, modal dan teknologi yang tidak sedikit (Alkadri et al.,1999), sehingga adakalanya unit-unit produksi baru tersebut juga akan berkembang menjadi sector basis yang juga dapat memberikan kontribusi besar terhadap pendapatan daerah.
Pada kota-kota di Indonesia yang sebagian besar berfungsi sebagai pusat pelayanan bagi wilayah belakangnya, sektor basis didominasi oleh kegiatan berbasis non agraris seperti manufaktur, perdagangan dan jasa yang melibatkan sumber daya alam, manusia, modal dan teknologi yang relative besar, sehingga dampak dari kegiatan ini akan memberikan pengaruh yang besar pula, tidak hanya pada daerah yang bersangkutan tetapi juga pada daerah-daerah yang berada di sekitarnya seperti meningkatnya proses aliran barang dan penduduk (Alkadri et al., 1999).
Berkembangnya sektor manufaktur, perdagangan dan jasa dengan pesat di daerah perkotaan yang mendorong tersedianya infrastruktur yang mendukung sektor tersebut, tidak diimbangi dengan penyediaan infrastruktur serupa pada sektor-sektor agraris di wilayah perdesaan.
Hal ini menyebabkan timbulnya kesenjangan perkembangan wilayah antara daerah perkotaan yang berfungsi sebagai pusat dan daerah perdesaan sebagai pinggiran (fenomena center-periphery) dikarenakan keberadaan infrastruktur di daerah perkotaan tidak dapat dimanfaatkan secara optimal oleh kalangan yang bergerak di sektor agraris, sedangkan disisi lain faktor-faktor produksi yang ada di daerah perdesaan cenderung mengalir ke daerah perkotaan guna memenuhi kebutuhan akan sektor basis di daerah perkotaan tanpa memberikan efek balik positif (spread effect) yang seimbang (Alkadri et al., 1999)
Khususnya struktur perekonomian Kab. Bolaang Mongondow mempunyai karakteristik yang unik dibandingkan dengan daerah lain yang ada di Propinsi Sulawesi Utara. Pilar-pilar ekonomi yang dibangun lewat keunggulan sector pertanian sebagai sektor pemimpin (Leading Sector), telah membuka beragam peluang yang dapat mendorong aktivitas ekonomi serta pengembangan etos kerja masyarakat.
Dimensi itu tergambar dari meluasnya kesempatan kerja dimana 80 % masyarakatnya bermata pencarian utama di sector pertanian. Dengan dukungan sektor pertanian tersebut yang sangat besar itu telah menyebabkan sector sektor yang mempunyai keterkaitan langsung baik ke depan (forward lingkage) maupun ke belakang (backward lingkage) seperti perdagangan, pengangkutan, keuangan dan jasa-jasa memberikan sumbangan yang cukup besar terhadap pembentukan PDRB Kab. Bolaang Mongondow.
Struktur Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) itu sendiri terdiri dari Sembilan sektor, yaitu pertanian, pertambangan dan penggalian, industri pengolahan, listrik dan air minum, bangunan, perdagangan, hotel dan restoran, pengangkutan dan komunikasi, keuangan-persewaan dan jasa perusahaan, dan jasa-jasa.
Dalam bidang ekonomi regional yang merupakan sempalan ekonomi makro regional, melalui berbagai metode analisis yang dimiliki oleh bidang ilmu ini, mampu mengidentifikasi sektor-sektor unggulan dan non unggulan dalam perekonomian regional atau nasional.
Pengertian sektor unggulan pada dasarnya harus dikaitkan dengan suatu bentuk perbandingan, baik itu perbandingan berskala internasional, regional maupun nasional. Dalam kaitannya dengan lingkup internasional, suatu sektor dikatakan basis atau unggulan jika sektor tersebut mampu bersaing dengan sector yang sama dengan negara lain.
Sedangkan dengan lingkup nasional, suatu sektor dapat dikategorikan sebagai sektor basis apabila sektor di wilayah tertentu mampu bersaing dengan sektor yang sama yang dihasilkan oleh wilayah lain di pasar nasional atau domestik.
Apabila sektor tersebut menjadi sektor unggulan, maka sektor tersebut harus mengekspor produknya ke daerah lain. Apabila sektor tersebut menjadi sektor non basis (bukan unggulan), maka sector tersebut harus mengimpor produk sektor tersebut dari daerah lain.
Namun demikian dalam usaha mengembangkan sektor-sektor basis yang ditetapkan atau diidentifikasi tentu diperlukan sumber pembiayaan atau investasi yang cukup, terlebih lagi di tengah krisis ekonomi global yang turut berpengaruh pada perekonomian Indonesia, maka analisis yang cermat menyangkut kebutuhan investasi untuk sektor-sektor basis tersebut sangat perlu dilakukan.
Analisis Sektor Unggulan
a. Bank Pengertian Sektor Unggulan
Keterbatasan kualitas dan kuantitas faktor-faktor produksi seperti sumber daya alam, manusia dan modal menyebabkan terjadi perbedaan pada tingkat perkembangan masing-masing kota tersebut.Perbedaan kapasitas faktor-faktor produksi dari masing-masing daerah tersebut menyebabkan terjadinya fenomena supply and demand dikarenakan suatu daerah dituntut untuk melepaskan kelebihan sumber daya yang dimiliki untuk memenuhi kebutuhan akan sumber daya yang tidak dimiliki oleh daerah tersebut.
Proses pertukaran faktor-faktor produksi antar daerah yang memicu terjadinya interaksi tersebut, secara tidak langsung akan dapat menggambarkan seberapa besar keberadaan potensi sumber daya daerah yang bersangkutan, sehingga dapat dikatakan bahwa intensitas interaksi antar daerah yang terjadi akan sangat tergantung pada besaran kebutuhan dari masing-masing daerah akan faktor-faktor produksi yang ada.
Pemenuhan akan kebutuhan sumber daya bagi suatu daerah melalui proses interaksi tersebut sangatlah wajar dikarenakan kemampuan suatu daerah untuk dapat berkembang akan sangat ditentukan oleh seberapa besar potensi sumber daya yang dimiliki sebagai sector basis (Alkadri et al., 1999).
Potensi sumber daya dapat dikatakan sektor unggulan apabila eksistensinya telah dapat dimanfaatkan sebagai komponen penting dalam mendukung proses pengembangan daerah yang bersangkutan, sehingga kelebihan kapasitas produksi dari sektor ini dapat dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan daerah akan sumber daya yang tidak dimiliki.
Keberadaan sektor unggulan di suatu daerah juga akan memberikan pengaruh yang tidak sedikit baik ke dalam maupun keluar daerah tersebut. Hal tersebut dikarenakan munculnya unit-unit produksi baru yang mendukung sektor basis akan membutuhkan pasokan bahan baku, manusia, modal dan teknologi yang tidak sedikit (Alkadri et al.,1999), sehingga adakalanya unit-unit produksi baru tersebut juga akan berkembang menjadi sector basis yang juga dapat memberikan kontribusi besar terhadap pendapatan daerah.
Pada kota-kota di Indonesia yang sebagian besar berfungsi sebagai pusat pelayanan bagi wilayah belakangnya, sektor basis didominasi oleh kegiatan berbasis non agraris seperti manufaktur, perdagangan dan jasa yang melibatkan sumber daya alam, manusia, modal dan teknologi yang relative besar, sehingga dampak dari kegiatan ini akan memberikan pengaruh yang besar pula, tidak hanya pada daerah yang bersangkutan tetapi juga pada daerah-daerah yang berada di sekitarnya seperti meningkatnya proses aliran barang dan penduduk (Alkadri et al., 1999).
Berkembangnya sektor manufaktur, perdagangan dan jasa dengan pesat di daerah perkotaan yang mendorong tersedianya infrastruktur yang mendukung sektor tersebut, tidak diimbangi dengan penyediaan infrastruktur serupa pada sektor-sektor agraris di wilayah perdesaan.
Hal ini menyebabkan timbulnya kesenjangan perkembangan wilayah antara daerah perkotaan yang berfungsi sebagai pusat dan daerah perdesaan sebagai pinggiran (fenomena center-periphery) dikarenakan keberadaan infrastruktur di daerah perkotaan tidak dapat dimanfaatkan secara optimal oleh kalangan yang bergerak di sektor agraris, sedangkan disisi lain faktor-faktor produksi yang ada di daerah perdesaan cenderung mengalir ke daerah perkotaan guna memenuhi kebutuhan akan sektor basis di daerah perkotaan tanpa memberikan efek balik positif (spread effect) yang seimbang (Alkadri et al., 1999)
Khususnya struktur perekonomian Kab. Bolaang Mongondow mempunyai karakteristik yang unik dibandingkan dengan daerah lain yang ada di Propinsi Sulawesi Utara. Pilar-pilar ekonomi yang dibangun lewat keunggulan sector pertanian sebagai sektor pemimpin (Leading Sector), telah membuka beragam peluang yang dapat mendorong aktivitas ekonomi serta pengembangan etos kerja masyarakat.
Dimensi itu tergambar dari meluasnya kesempatan kerja dimana 80 % masyarakatnya bermata pencarian utama di sector pertanian. Dengan dukungan sektor pertanian tersebut yang sangat besar itu telah menyebabkan sector sektor yang mempunyai keterkaitan langsung baik ke depan (forward lingkage) maupun ke belakang (backward lingkage) seperti perdagangan, pengangkutan, keuangan dan jasa-jasa memberikan sumbangan yang cukup besar terhadap pembentukan PDRB Kab. Bolaang Mongondow.
Struktur Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) itu sendiri terdiri dari Sembilan sektor, yaitu pertanian, pertambangan dan penggalian, industri pengolahan, listrik dan air minum, bangunan, perdagangan, hotel dan restoran, pengangkutan dan komunikasi, keuangan-persewaan dan jasa perusahaan, dan jasa-jasa.
Dalam bidang ekonomi regional yang merupakan sempalan ekonomi makro regional, melalui berbagai metode analisis yang dimiliki oleh bidang ilmu ini, mampu mengidentifikasi sektor-sektor unggulan dan non unggulan dalam perekonomian regional atau nasional.
Pengertian sektor unggulan pada dasarnya harus dikaitkan dengan suatu bentuk perbandingan, baik itu perbandingan berskala internasional, regional maupun nasional. Dalam kaitannya dengan lingkup internasional, suatu sektor dikatakan basis atau unggulan jika sektor tersebut mampu bersaing dengan sector yang sama dengan negara lain.
Sedangkan dengan lingkup nasional, suatu sektor dapat dikategorikan sebagai sektor basis apabila sektor di wilayah tertentu mampu bersaing dengan sektor yang sama yang dihasilkan oleh wilayah lain di pasar nasional atau domestik.
Apabila sektor tersebut menjadi sektor unggulan, maka sektor tersebut harus mengekspor produknya ke daerah lain. Apabila sektor tersebut menjadi sektor non basis (bukan unggulan), maka sector tersebut harus mengimpor produk sektor tersebut dari daerah lain.
Namun demikian dalam usaha mengembangkan sektor-sektor basis yang ditetapkan atau diidentifikasi tentu diperlukan sumber pembiayaan atau investasi yang cukup, terlebih lagi di tengah krisis ekonomi global yang turut berpengaruh pada perekonomian Indonesia, maka analisis yang cermat menyangkut kebutuhan investasi untuk sektor-sektor basis tersebut sangat perlu dilakukan.
Analisis Sektor Unggulan
Sektor-Sektor sektor unggulan dan Non Unggulan Perekonomian Kab. Bolaang Mongondow, 2004-2008
SEKTOR |
2004
|
2005
|
2006
|
2007
|
2008
|
KET.
|
1. PERTANIAN |
1.35
|
2.01
|
1.44
|
3
|
13.54
|
Basis
|
a. Tanaman Bahan Makanan |
3.32
|
4.69
|
7.27
|
9.5
|
14.63
|
Basis
|
b. Tanaman Perkebunan |
0.73
|
-0.48
|
-1.64
|
0.76
|
2.33
|
Basis
|
c. Peternakan dan Hasil-hasilnya |
1.18
|
0.69
|
-2
|
1.02
|
4.46
|
Basis
|
d. Kehutanan |
23.02
|
-1.77
|
2.17
|
19.98
|
-24.17
|
NonBasis
|
e. Perikanan |
0.66
|
0.97
|
-332.43
|
1.01
|
0.56
|
NonBasis
|
2. PERTAMBANGAN & PENGGALIAN |
-1.6
|
-1.55
|
1.64
|
1.35
|
-2.02
|
NonBasis
|
a. Minyak dan Gas Bumi |
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
NonBasis
|
b. Pertambangan tanpa Migas |
-0.21
|
-0.14
|
1.3
|
1.47
|
3.82
|
Basis
|
c. Penggalian |
0.95
|
1.13
|
1.9
|
1.36
|
-3.11
|
NonBasis
|
3. INDUSTRI PENGOLAHAN |
-0.37
|
0.18
|
0.06
|
0.13
|
0.27
|
NonBasis
|
4. LISTRIK, GAS & AIR BERSIH |
0.48
|
0.19
|
0.17
|
0.41
|
0.57
|
NonBasis
|
a. Listrik |
0.58
|
0.21
|
0.16
|
0.46
|
0.67
|
NonBasis
|
b. Air Bersih |
0.17
|
-0.3
|
0.3
|
0.15
|
0.15
|
NonBasis
|
5. BANGUNAN |
0.23
|
0.26
|
0.74
|
1.54
|
0.39
| Non basis |
6. PERDAG., HOTEL & RESTORAN |
0.79
|
0.79
|
1.5
|
0.37
|
0.43
| Non basis |
a. Perdagangan Besar & Eceran |
0.65
|
0.77
|
1.79
|
0.32
|
0.5
| NonBasis |
b. Hotel |
2.06
|
1.81
|
0.92
|
0.86
|
0.21
| NonBasis |
c. Restoran |
0.2
|
0.2
|
0.5
|
0.68
|
0.51
| NonBasis |
7. PENGANGKUTAN & KOMUNIKASI |
0.32
|
0.19
|
0.44
|
0.34
|
0.22
| NonBasis |
a. Pengangkutan |
0.39
|
0.22
|
0.56
|
0.37
|
0.26
| NonBasis |
b. Komunikasi |
0.05
|
0.04
|
0.06
|
0.15
|
0.05
| NonBasis |
8. KEU. PERSEWAAN, & JASA PERUS |
0.37
|
0.27
|
0.27
|
0.49
|
0.63
| NonBasis |
0.35
0.2
0.17
0.59
0.61
NonBasis
b. Lembaga Keuangan tanpa Bank
0.19
0.05
0.09
0.09
0.35
NonBasis
c. Jasa Penunjang Keuangan
NonBasis
d. Sewa Bangunan
0.6
0.58
0.91
0.7
1.07
Basis
e. Jasa Perusahaan
0
0
0
0
0
NonBasis
9. JASA-JASA
1.26
2.33
1.75
-3.95
-1.51
NonBasis
a. Pemerintahan Umum
2.06
4.94
2.48
-11.46
-2.87
NonBasis
b. Swasta
0.55
0.45
0.84
1.08
0.62
Non asis
Sumber: Dihitung berdasarkan PDRB Kab. Bolaang Mongondow dan PDRB Sulut atas dasar harga konstan
Perhitungan LQ menggunakan formula, yaitu:
Vi/Vt
LQ =
vi/vt
Di mana: LQ = Location Quotient; vi = Nilai tambah sektor i di Kab. Bolaang Mongondow; vt = Nilai tambah total di Kab. Bolaang Mongondow; Vi = Nilai tambah sektor i propinsi Sulut; dan Vt = Nilai tambah total propinsi Sulut
Kriterianya adalah :
1. Jika LQ > 1 menunjukkan sektor ke-i di Kab. Bolaang Mongondow tergolong sektor sektor unggula , atau sektor i di Kab. Bolaang Mongondow lebih spesialis dari pada sektor yang sama di Indonesia.
2. Jika LQ < 1 menunjukkan sektor ke-i di Kab. Bolaang Mongondow tergolong sektor non basis, atau sektor i di Kab. Bolaang Mongondow kurang spesialis dari pada sektor yang sama di Indonesia.
3. Jika LQ = 1 menunjukkan keswasembadaan (self-sufficiency) sektor i di Kab. Bolaang Mongondow, atau sektor i di Kab. Bolaang Mongondow memiliki spesialis yang sama dengan sektor yang sama di Indonesia.
Proyeksi Target Pertumbuhan Sektor sektor unggulan dan Non Unggulan Perekonomian Kab. Bol-Mong Atas Dasar Harga Konstan 2003 untuk periode Tahun 2009-2014 (%)
(Skenario-1)
Catatan:
1. Cetak tebal = sektor unggulan
2. Proyeksi target pertumbuhan sektor unggulan dan non unggulan menggunakan metode Trend Linear, berdasarkan data pertumbuhan sektor-sektor ekonomi deret waktu 2003-2008
3. Proyeksi Nilai Tambah Bruto (PDRB) sektor-sektor ekonomi sebelum tahun ke-t (Yt-1), baik sektor sektor unggulan maupun non unggulan didasarkan atas trend linear.
Dari proyeksi nilai tambah sektor-sektor ekonomi (Yi t) berdasarkan trend linear, baik basis maupun non basis basis periode 2009-2014, akan diperoleh nilai tambah sektor sebelum tahun ke-t (Yit-1) atau pertambahan nilai tambah setiap sector ekonomi (ΔYit) pada tahun ke-t (tabel 4.3 dan tabel 4.4).
Dari hasil perkalian ketiga determinan yang masing-masing telah diasumsikan sebelumnya, maka diperoleh hasil perhitungan kebutuhan investasi setiap sektor-sektor unggulan dan juga sektor non unggulan perekonomian Kab. Bolaang Mongondow seperti berikut ini :
Proyeksi Nilai Tambah Bruto Sektor Unggulan dan Non Unggulan Perekonomian Kab. Bolaang Mongondow Atas Dasar Harga Konstan 2003,
periode Tahun 2009-2014 ( juta rupiah)
(Skenario-1)
SEKTOR |
PERTUMBUHAN EKONOMI (%)
|
RATA
| |||||
2009
|
2010
|
2011
|
2012
|
2013
|
2014
|
RATA
| |
1. PERTANIAN |
3.81
|
3.67
|
3.54
|
3.42
|
6.62
|
3.1
|
4.03
|
2. PERTAMBANGAN & PENGGALIAN |
3.11
|
3.01
|
2.92
|
2.84
|
2.76
|
2.69
|
2.89
|
3. INDUSTRI PENGOLAHAN |
1.64
|
1.62
|
1.59
|
1.57
|
1.54
|
1.52
|
1.58
|
4. LISTRIK, GAS & AIR BERSIH |
2.88
|
2.8
|
2.73
|
2.65
|
2.59
|
2.52
|
2.70
|
5. BANGUNAN |
4.19
|
4.02
|
3.87
|
3.72
|
3.59
|
3.47
|
3.81
|
6. PERDAG., HOTEL & RESTORAN |
4.42
|
4.23
|
4.06
|
3.9
|
3.75
|
3.62
|
4.00
|
7. PENGANGKUTAN & KOMUNIKASI |
3.49
|
3.38
|
3.27
|
3.16
|
3.07
|
2.98
|
3.23
|
8. KEU. PERSEWAAN, & JASA PERUSAHAAN |
2.89
|
2.81
|
2.73
|
2.66
|
2.59
|
2.53
|
2.70
|
9. JASA-JASA |
0.4
|
0.4
|
0.4
|
0.4
|
0.4
|
0.4
|
0.4
|
P D R B |
3.87
|
3.23
|
3.13
|
3.04
|
2.95
|
4.42
|
3
|
S E K T O R |
2009
|
2010
|
2011
|
2012
|
2013
|
2014
|
1. PERTANIAN |
473,354.35
|
491402.85
|
509451.36
|
527499.86
|
545548.36
|
581645.37
|
2. PERTAMBANGAN & PENGGALIAN |
57,934.32
|
59,733.91
|
61,533.50
|
63,333.09
|
65,132.68
|
66,932.27
|
3. INDUSTRI PENGOLAHAN |
21,786.22
|
22,144.51
|
22,502.80
|
22,861.08
|
23,219.37
|
23,577.66
|
4. LISTRIK, GAS & AIR BERSIH |
3,158.86
|
3,249.95
|
3,341.03
|
3,432.12
|
3,523.21
|
3,614.29
|
5. BANGUNAN |
111,412.12
|
116,081.85
|
120,751.57
|
125,421.30
|
130,091.02
|
134,760.75
|
6. PERDAG., HOTEL & RESTORAN |
115,621.96
|
120,728.54
|
125,835.11
|
130,941.68
|
136,048.25
|
141,154.82
|
7. PENGANGKUTAN & KOMUNIKASI |
40,436.50
|
41,849.75
|
43,263.00
|
44,676.25
|
46,089.50
|
47,502.75
|
8. KEU. PERSEWAAN, & JASA PERUSAHAAN. |
32,448.50
|
33,387.01
|
34,325.52
|
35,264.02
|
36,202.53
|
37,141.04
|
9. JASA-JASA |
167,732.91
|
168,468.74
|
169,204.57
|
169,940.40
|
170,676.24
|
171,412.07
|
P D R B |
1,023,885.74
|
1,057,047.11
|
1,090,208.46
|
1,123,369.80
|
1,156,531.16
|
1,207,741.02
|
Catatan:
1. Cetak tebal = sektor basis
Proyeksi Pertumbuhan Nilai Tambah Bruto Sektor unggulan dan Non Unggulan Perekonomian Kab. Bolaang Mongondow Atas Dasar Harga Konstan 2003,periode Tahun 2009-2014 ( juta rupiah)(Skenario-1)
>
S E K T O R |
2009
|
2010
|
2011
|
2012
|
2013
|
2014
|
1. PERTANIAN |
12,554.09
|
18,048.50
|
18,048.50
|
18,048.50
|
18,048.50
|
36,097.01
|
2. PERTAMBANGAN & PENGGALIAN |
4,486.71
|
1,799.59
|
1,799.59
|
1,799.59
|
1,799.59
|
1,799.58
|
3. INDUSTRI PENGOLAHAN |
335.34
|
358.29
|
358.28
|
358.29
|
358.29
|
358.29
|
4. LISTRIK, GAS & AIR BERSIH |
85.37
|
91.08
|
91.09
|
91.09
|
91.08
|
91.09
|
5. BANGUNAN |
4,929.09
|
4,669.72
|
4,669.73
|
4,669.72
|
4,669.73
|
4,669.72
|
6. PERDAG., HOTEL & RESTORAN |
7,295.61
|
5,106.57
|
5,106.57
|
5,106.57
|
5,106.57
|
5,106.57
|
7. PENGANGKUTAN & KOMUNIKASI |
1,724.37
|
1,413.25
|
1,413.25
|
1,413.25
|
1,413.25
|
1,413.25
|
8. KEU. PERSEWAAN, & JASA PERUSAHAAN |
887.13
|
938.51
|
938.5
|
938.51
|
938.51
|
938.51
|
9. JASA-JASA |
5,914.85
|
735.83
|
735.83
|
735.84
|
735.83
|
735.83
|
Sumber : Diolah dari Tabel 4.3.
Catatan: Cetak Tebal = Sektor Basis
Proyeksi Kebutuhan Investasi Sektor unggulan dan Non Unggulan Perekonomian Kab. Bolaang Mongondow, 2010-2014 (Dalam juta rupiah)
(Skenario-1)
SEKTOR |
2010
|
2011
|
2012
|
2013
|
2014
|
1. PERTANIAN |
5211631.39
|
5218698.27
|
5226970.95
|
10476147.2
|
5073599.75
|
2. PERTAMBANGAN & PENGGALIAN |
871911.516
|
872115.086
|
873775.7
|
873996.642
|
876034.546
|
3. INDUSTRI PENGOLAHAN |
176468.382
|
176048.855
|
176646.98
|
176030.316
|
176467.212
|
4. LISTRIK, GAS & AIR BERSIH |
44224.04
|
44361.8175
|
44268.6475
|
44445.954
|
44392.446
|
5. BANGUNAN |
2239383.61
|
2246183.8
|
2245979.2
|
2251312.34
|
2257079.2
|
6. PERDAG., HOTEL & RESTORAN |
2445404.45
|
2450789.36
|
2453784.65
|
2455156.5
|
2462473.33
|
7. PENGANGKUTAN & KOMUNIKASI |
683376.85
|
684243.413
|
683555.4
|
685780.438
|
686733.55
|
8. KEU. PERSEWAAN, & JASA PERSH. |
455901.425
|
455732.687
|
456529.416
|
456669.059
|
457962.005
|
9. JASA-JASA |
335465.82
336937.48
338409.14
339880.8
341352.48
Total kebutuhan Investasi
12463767.49
12485110.76
12499920.08
17759419.26
12376094.51
a. Pemerintah Daerah (40%)
4985507
4994044.31
4999968.03
7103767.71
4950437.8
b. Swasta (60%)
7478260.5
7491066.46
7499952.05
10655651.6
7425656.71
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
BERIKAN KOMENTAR YANG SOPAN DAN SESUAI ISI ARTIKEL YANG ADA,