Sudah menjadi budaya dan tradisi anggota mafia Yakuza Jepang sejak 100 tahun lalu apabila melakukan kesalahan maka wajib melakukan apa yang dinamakan yubitsume atau potong jari.
Tradisi potong jari ini begitu kuat dipertahankan dan diberlakukan secara turun temurun. Namun akhirnya tradisi itupun dilarang Pemerintah Jepang sejak tahun 1991.
Bertempat di markas besar Dojinkai Kota Kurume Fukouka larangan itu dikeluarkan oleh Komisi Keselamatan Umum Jepang.
Bukan hanya di negara Jepang yang mengenal tradisi atau budaya potong jari ini. Di negara kita Indonesia, tradisi seperti ini mudah ditemukan di belahan timur Indonesia yakni Papua.
Sebagai salah satu daerah yang kaya akan sumber daya alamnya, ternyata daerah papua populer juga dengan tradisi unik dari suku-suku yang berdiam di daerah tersebut.
Tidak kurang ada 20 suku yang bermukim di wilayah Papua dengan keunikan tradisinya masing-masing. Salah satu dari keunikan tersebut adalah tradisi potong jari dari sang penguasa pegunungan jayawijaya suku Dani.
Sejarah Suku Dani
Suku Dani Papua pertama kali diketahui salah satunya melalu ekspedisi Lorentz asal Belanda di tahun 1909-1910. Namun dalam ekspedisi tersebut belum ada komunikasi sama sekali antara Suku Dani dengan anggota ekspedisi.
Nanti pada tahun 1935, seorang penyidik asal Amerika Serikat Richard Archold mulai mengadakan komunikasi secara langsung dengan Suku Dani.
Suku Dani dipimpin oleh seorang kepala suku besar yang biasa disebut Ap Kain. Disamping itu masih ada 3 kepala suku lainnya yang berada di bawah kepala suku besar tadi dengan sebutan Ap. Menteg, Ap. Horeg, dan Ap Ubaik Silimo
Tradisi Potong Jari
Hal ihwal tradisi potong jari Suku Dani sebenarnya hanya terjadi ketika ada anggota keluarga yang meninggal. Jadi intinya, tidak setiap saat ada tradisi seperti ini.
Saya tak berani membayangkan bagi keluarga yang memiliki anggota keluarga yang cukup banyak, bisa habis semua jari-jari dipotong.
Kenapa jari yang harus di potong ?
Dalam pandangan dan anggapan suku Dani, jari diartikan sebagai suatu simbol kerukunan, kesatuan dan
kekuatan dalam diri manusia maupun sebuah keluarga.
Mahfum diketahui kita semua jari akan mampu berfungsi secara sempurna jika satu dan lainnya saling bekerjasama
Jadi jika kita kehilangan salah satu jari, bisa dipastikan kekuatan daya gengam tangan akan berkurang.
Kembali lagi, begitupun dalam tradisi potong jari suku Dani, hilangnya salah satu anggota keluarga karena meninggal dunia, dianggap mereka telah kehilangan salah satu sumber kekuatannya. Itu diwujudkan dengan memotong salah satu jarinya.
Wujud kesedihan mereka atas meninggalnya anggota keluarga akan sirna sejalan dengan sembuhnya jari yang telah dipotong itu.
Lantas, bagaimana suku dani memotong jarinya ?
Banyak cara yang dilakukan suku dani untuk melakukan ritual potong jari ini. Mulai dari menggunakan benda-benda tajam semisal kapak, pisau (silet tidak bisa).
Ada juga anggota suku dani melakukannya dengan cara menggigit ruas jari sampai
putus atau bahkan mengikat erat dengan seutas tali sampai ruas jari mati rasa baru setelah itu dipotong.
Dari sisi wisata budaya, tradisi aneh dan unik seperti ini layak dilestarikan karena hanya satu-satunya di Indonesia.
Kesimpulan
Tradisi potong jari bukan hanya ada di Jepang, di Indonesia sendiri tradisi kerap dilakukan suku Dani Papua.
Tradisi ini biasanya dilakukan saat-saat berkabung di mana jika ada anggota keluarga mereka yang meninggal dunia maka ritual potong jari itu akan dilakukan.
Tradisi seperti ini cukup unik, dan hanya dilakukan oleh Suku Dani Papua sehingga akan menarik jika tradisi ini dapat menjadi salah menu wisata bidaya di Papua.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
BERIKAN KOMENTAR YANG SOPAN DAN SESUAI ISI ARTIKEL YANG ADA,