Mengikuti lomba bloger seperti ini adalah hal pertama kali yang aku lakukan dan cukup membuat kepala pening sampai kewarasan saya pun mendadak hilang.
Bukan persoalan lombanya yang membuat batok kesadaran menjadi puyeng namun tema lombanya yang sudah di tentukan sehingga cukup menguras energi saya untuk berpikir dari mana memulainya.
Bukan persoalan lombanya yang membuat batok kesadaran menjadi puyeng namun tema lombanya yang sudah di tentukan sehingga cukup menguras energi saya untuk berpikir dari mana memulainya.
Tapi tak mau berlama-lama dengan kebingungan itu, modal nekat pun menjadi andalan saya untuk berani mengupas tuntas tema yang diberikan oleh panitia sebagaimana yang ada pada posting ini.
Apalagi pengalaman saya pribadi dengan dunia “Bagate” pada beberapa tahun silam cukup menjadi sebuah pengetahuan dan alasan untuk membahas tema yang telah di berikan.
Bagi masyarakat sulut apalagi di kalangan kawula muda istilah “Bagate” bukan merupakan barang asing laksana melihat sebuah nona cantik yang baru masuk kampung (Ha..Ha..)
Namun sudah merupakan perbendaharaan kata yang sering kali di gunakan pada setiap moment tertentu, sebut saja acara pesta, natalan, idul fitri, pengucapan dan sebagainya.
Nampaknya sudah berkembang sebuah tradisi terutama di kalangan “nyong” sulut bahwa “bagate” adalah kebudayaan yang harus di laksanakan pada setiap pelaksanaan sebuah acara.
Tanpa “bagate” konon katanya kurang sreg, gak gaul atau apapun isitilahnya yang dapat membuat seseorang kurang percaya diri (baca PD).
Apalagi pengalaman saya pribadi dengan dunia “Bagate” pada beberapa tahun silam cukup menjadi sebuah pengetahuan dan alasan untuk membahas tema yang telah di berikan.
Bagi masyarakat sulut apalagi di kalangan kawula muda istilah “Bagate” bukan merupakan barang asing laksana melihat sebuah nona cantik yang baru masuk kampung (Ha..Ha..)
Namun sudah merupakan perbendaharaan kata yang sering kali di gunakan pada setiap moment tertentu, sebut saja acara pesta, natalan, idul fitri, pengucapan dan sebagainya.
Nampaknya sudah berkembang sebuah tradisi terutama di kalangan “nyong” sulut bahwa “bagate” adalah kebudayaan yang harus di laksanakan pada setiap pelaksanaan sebuah acara.
Tanpa “bagate” konon katanya kurang sreg, gak gaul atau apapun isitilahnya yang dapat membuat seseorang kurang percaya diri (baca PD).
Berkembangnya tradisi bagate ini parahnya lagi di sebuah kabupaten tertentu justru di legalkan dengan alasan untuk mendongkrak Pendapatan Asli Daerah (PAD) sehingga yang terjadinya lalu lintas peredaran minuman keras khas Sulut “Cap Tikus” menjadi kian marak.
Minuman keras entah dengan merk apapun merupakan sebuah cairan yang mengandung etanol yaitu sebuah zar adiktif yang jika di konsumsi walaupun hanya sedikit (seujung sendok) akan mengakibatkan kecanduan yang luar biasa dan bila di konsumsi secara terus menerus maka akan mempercepat hilangnya kesadaran seseorang (mabuk gitu lho).
Pengalaman Pribadi
Pengalaman saya pribadi selama mengkonsumsi minuman keras cap tikus menunjukkan bahwa terjadi penurunan daya ingat (waktu itu saya masih sekolah SMA jadi sangat terasa), tangan terasa gemetaran jika tidak mengkonsumsi, napsu makan menurun dan tentu efek yang paling parah uang di dompet pun amblas tak tersisa alias pintu kemiskinan terbuka menganga.
Baca juga
Mengungkap keajaiban bersyukur
Beberapa hasil penelitian tentang pengaruh minuman keras pada kesehatan manusia dapat anda mudah temukan di berbagai situs. Ternyata efek minuman keras berandil peran pada kasus terjadinya kerusakan hati yang berarti seseorang akan terkena penyakit hepatitis (baca liver/kuning).
Karenanya sobat pembaca yang budiman “Brenti jo Bagate” karena banyak kerugian yang akan anda dapatkan terutama dari segi kesehatan sebagaimana pengalaman yang saya alami dulu.
Dari sisi keuangan pun akibat kecanduan minum minuman keras akan menguras isi saku anda yang berarti masa depan menjadi suram. Alasan kurang PD, tidak gaullah harus di singkirkan dari kosa kata pergaulan anda sehari-hari.
Tips Brenti Bagate
Tips paling sederhana yang dapat saya bagikan bergaullah dengan teman yang tidak suka minum minuman keras (bagate) maka anda pasti akan di jauhkan dari minuman keras.
Pentingnya anda memilih teman seperti itu telah di sampaikan oleh seseorang pengusaha terkaya di dunia asal Jepang “Robert T. Kiyosaki” dalam sebuah kata “Berhati-hatilah dengan pikiran anda karena akan menentukan sikap anda”. Semoga posting ini dapat membawa manfaat bagi anda.
Baca juga
Cara menuju hidup sukses yang perlu diperhatikan
Pengalaman adalah guru yang berharga dan amat bernilai, hm nice info.
BalasHapus