-->

5/17/2025

LITERASI KEUANGAN : PILAR KESEJAHTERAAN FINANSIAL MASYARAKAT INDONESIA

literasi keuangan
Literasi keuangan merupakan kemampuan individu untuk memahami dan mengelola aspek-aspek keuangan dalam kehidupan sehari-hari. 
 
Kemampuan ini meliputi akan pengetahuan, sikap serta perilaku yang mendukung pada pengambilan keputusan finansial yang bijak. Di Indonesia, literasi keuangan menjadi isu strategis karena erat kaitannya dengan kesejahteraan ekonomi masyarakat dan stabilitas sistem keuangan nasional. 
 
Indeks Literasi Keuangan Indonesia
 
Berdasarkan Survei Nasional Literasi dan Inklusi Keuangan (SNLIK) tahun 2024 yang diselenggarakan oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan Badan Pusat Statistik (BPS), indeks literasi keuangan Indonesia tercatat sebesar 65,43%. 
 
Angka ini menunjukkan peningkatan signifikan dibandingkan dengan tahun 2022 yang hanya mencapai 49,68% .  
 
 
Peningkatan ini mencerminkan adanya kesadaran masyarakat yang lebih tinggi terhadap pentingnya pengelolaan keuangan yang baik. 
 
Namun, angka tersebut juga menunjukkan bahwa masih terdapat tantangan dalam memastikan seluruh lapisan masyarakat memiliki pemahaman yang memadai tentang keuangan. 
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Literasi Keuangan
1. Usia dan Pendidikan

Pada kelompok usia antara 26–35 tahun mempunyai  indeks literasi keuangan tertinggi, yaitu  sebesar 74,82%, selanjutnya diikuti   kelompok usia antara 36–50 tahun (71,72%) dan terakhir usia antara 18–25 tahun (70,19%). 
 
Sebaliknya, kelompok usia 15–17 tahun dan 51–79 tahun memiliki indeks literasi keuangan terendah, masing-masing sebesar 51,70% dan 52,51% .  
 
Dari segi pendidikan, lulusan perguruan tinggi memiliki indeks literasi keuangan sebesar 90,63%, sedangkan mereka yang tidak tamat sekolah dasar hanya mencapai 43,20% . Hal ini menunjukkan bahwa tingkat pendidikan yang lebih tinggi berkontribusi signifikan terhadap pemahaman keuangan yang lebih baik. 
 
2. Jenis Kelamin

Berdasarkan gender, indeks literasi keuangan laki-laki sedikit lebih tinggi dibandingkan perempuan, masing-masing sebesar 67,53% dan 65,73% . 
 
Namun, perbedaan ini tidak terlalu signifikan dan menunjukkan bahwa literasi keuangan perlu ditingkatkan secara merata di semua kalangan. 
 
3. Lokasi Geografis   
 
Tingkat literasi keuangan di perkotaan tercatat sebesar 70,89%, lebih tinggi dibandingkan dengan perdesaan yang hanya mencapai 59,60%. 
 
Adanya perbedaan angka ini menunjukan bahwa akses pada informasi dan layanan keuangan di  perkotaan jauh lebih baik bila kita bandingkan pada daerah perdesaan.   
Dampak Literasi Keuangan terhadap Perilaku Ekonomi
Tingkat literasi keuangan yang rendah dapat berdampak negatif terhadap perilaku ekonomi masyarakat. 
 
Sebuah penelitian di DKI Jakarta menunjukkan bahwa generasi milenial dengan tingkat literasi keuangan 50% dan inklusi keuangan 60% memiliki perilaku menabung dan berinvestasi yang kurang optimal . 
 
Sebaliknya, individu dengan literasi keuangan yang baik cenderung memiliki perilaku ekonomi yang lebih positif, seperti menabung secara teratur, berinvestasi, dan merencanakan keuangan untuk masa depan. 
 
Hal ini menunjukkan bahwa peningkatan literasi keuangan dapat mendorong perilaku ekonomi yang lebih produktif dan berkelanjutan. 
 
Upaya Meningkatkan Literasi Keuangan 
 
1. Edukasi dan Sosialisasi

Pemerintah dan lembaga keuangan perlu intensif melakukan edukasi dan sosialisasi mengenai pentingnya literasi keuangan. Program-program seperti seminar, lokakarya, dan kampanye media dapat membantu masyarakat memahami konsep dasar keuangan dan cara mengelola keuangan pribadi dengan bijak.  
 
2.  Integrasi Kurikulum Pendidikan  
 
Memasukkan materi literasi keuangan dalam kurikulum pendidikan formal dapat membantu membekali generasi muda dengan pengetahuan keuangan sejak dini. Ini pada akhirnya akan membentuk suatu kebiasaan tentang cara mengelolah keuangan secara baik.
 
3.  Pemanfaatan Teknologi Digital

Di era digital, teknologi dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan literasi keuangan. Aplikasi mobile, platform edukasi online, dan media sosial dapat menjadi sarana efektif untuk menyebarkan informasi dan edukasi keuangan kepada masyarakat luas. 
 
4. Kolaborasi Antar Lembaga 
 
Kerja sama antara pemerintah, lembaga keuangan, dan organisasi masyarakat sipil sangat penting dalam upaya meningkatkan literasi keuangan. Kolaborasi ini dapat menciptakan program-program yang lebih efektif dan menjangkau berbagai lapisan masyarakat.  
 
Prospek Masa Depan   
 
Dengan adanya peningkatan indeks literasi keuangan dari 49,68% pada tahun 2022 menjadi 65,43% pada tahun 2024, terdapat harapan positif untuk masa depan literasi keuangan di Indonesia . Namun, tantangan masih ada, terutama dalam menjangkau kelompok masyarakat dengan tingkat literasi yang rendah. 
 
Melalui upaya bersama dari berbagai pihak, diharapkan literasi keuangan di Indonesia dapat terus meningkat, sehingga masyarakat dapat mengelola keuangan mereka dengan lebih baik dan mencapai kesejahteraan finansial yang berkelanjutan.
 
Kesimpulan 
 
Melek akan liiterasi keuangan  merupakan hal penting  dijaman yang penuh serba ketidakpastian ini. Para generasi muda sejak dini sudah perlu diajarkan sehingga mereka nantinya bisa mengelola keuangan secara baik dan benar dan pada akhirnya bisa memberikan nilai tambah kesejahteraan.

Artikel Terkait

Bagikan artikel ini

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

BERIKAN KOMENTAR YANG SOPAN DAN SESUAI ISI ARTIKEL YANG ADA,